“So which of the favors of your Lord would you deny?” – (Noble Qur'an - Surat Ar-Rahman 55:19-21)

[30 Minutes Challenge] Two

"being nobody is priceless"

Afgan said this when Boy visited his house in his channel

actually it left an impact at least to me.
not because It is Afgan who said this. but the words itself.

words.

yes.

Dulu, saya berpikir bahwa diam itu emas. 
dari pada tong kosong nyaring bunyinya? 
sampai saya tiba di suatu titik, dan menyadari how powerful words are. if silent is gold, then speaking in a rightway and right place is dimond.
bagaimana bisa kata-kata mempengaruhi seseorang? 
"hey kamu ngomongnya belibet banget sih." 
bagi seorang pemikir plus over thinker seperti saya, saya bisa memikirkan kata-kata tersebut sehari semalam. waktu yang lama bukan? hanya untuk sebaris kalimat. 

Itu hanya setitik kecil bagaimana kata-kata itu powerful. sangat kuat.

akhir-akhir ini saya mulai menyadari, betapa pentingnya berbicara (benar). Ketika murid-murid saya berkata: "mbaren waktu itu bilang" "kan kata mbaren" atau "menurut mbaren-" 
Saya tidak pernah menyangka kata-kata saya disimpan dalam memori mereka. Itu artinya kata-kata saya sedikit banyak berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan mereka.

Saya jadi teringat sebuah kisah tentang seorang anak yang menderita sakit karena dia tidak bisa berhenti mengonsumsi garam. Ibunya sudah menyuruhnya berhenti dan juga sudah membawanya berobat kemana-mana sampai akhirnya ada yang menyarankan untuk datang ke Gandhi (Mahatma Gandhi). Ibunya meminta Gandhi untuk menasehatinya. tapi Gandhi malah meminta mereka untuk pulang dan kembali lagi seminggu kemudian. 

Serelah satu minggu Ibu dan anak itu kembali lagi dan Gandhi memberikan nasehat berupa. "Berhentilah makan garam." kurang lebih begitu. Sang Ibu merasa kesal, karena Itu adalah kata-kata yang dia sudah ucapkan berkali2 sebelumnya, akhirnya mereka pulang.

Hal yang menarik adalah setelah pertemuan dengan Gandhi tersebut, anaknya berhenti makan garam satu minggu, dua minggu,3 minggu, sampai akhirnya anak tersebut berhenti total.

Sang Ibu merasa heran, akhirnya memberanikan diri mendatangi Gandhi untuk ketiga kalinya dan menanyakan kenapa bisa anaknya berhenti makan garam? apa rahasianya?

Gandhi menjelaskan bahwa selama seminggu setelah pertemuan pertama beliaw berhenti memakan garam, sampai akhirnya menasihati anak tersebut untuk tidak memakan garam.

ini sebuat contoh bagaimana kata-kata bisa powerful dan bukan tong kosong jika, ketika menasihati orang lain kita sudah melakukannya terlebih dahulu. Betul, inilah mengapa Speaking is diamond. diam itu emas, berbicara itu intan. 

Tapi untuk menuju intan tersebut dibutuhkan kekonsistenan, pengalaman, dibutuhkan keteguhan, dibutuhkan integritas yang tinggi. semoga kita selalu dilindungi dari omong kosong. dan semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang bijak, berpikir sebelum melangkah, berpikir sebelum berkata.

wallahu a'lam bishshowwab.

Comments

Popular Posts