[RANDOM POST] It's about life
It is really random tho.
If they hasn't disband. It would be their 2nd anniversary this month. But everything changed in a day or two.
But I've been there.
It was dramatic, and it kind of embarrassing to talk about.
But I accept the feeling, I am just human being.
Lately, I came across the tweet about them and kind of being nostalgic.
Yes It was all sunny back then. Almost if not all, everyone was happy and bright. Everyone was shinning. And If I have a power to go back, I would love to. I will cherish every moment.
But then it only last for 5 months. The anxiety, the fear, the uncertainties, the whole two months full of waiting. Everything was hell. Until that day came and crushed all the dreams. My dream, everyone's dream.
It took me almost 8 to 9 to recover. To finally accept what happened. To finally let go of everything.
To finally focus on what I can do for myself.
To finally take care of myself.
Someone will think it was funny but I am being honest.
Now when I think about the memories. There is one thing I finally relize.
That,
Sesuatu yang bukan menjadi takdir kita, tak akan pernah kita miliki sekeras apapun kita berusaha. Ah mungkin kita akan bahagia jika itu menjadi takdir kita. Ah bagaimana jika, dan bagaimana jika yang lainnya.
Jadi mungkin seharusnya kita tak memusingkan apa yang bukan hak otak kita untuk memikirkannya.
Jika kita membiarkan standar bahagia kita di masa lalu. Selamanya kita akan terpenjara di masa lalu.
Padahal, kita adalah 3 gabungan waktu, masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.
Tidak bisa kira kembali ke masa lalu, apa yang berlalu ya memang seharusnya begitu.
Yang harus kita fokuskan adalah, bagaimana caranya kita hidup di masa sekarang, saat ini tanpa dihantui dengan kebahagiaan atau ketakutan masa lalu juga ke khawatiran akan masa depan.
Masa depan... belum tentu ada. Masa sekarang? Rasanya akan menjadi bahan panen di masa yang akan datang. Jadi kenapa risau?
Ah itulah sifat manusia selalu merisaukan apa yang belum dan belum tentu terjadi.
Ah 엑스원 benar-benar mengingatkan saya bahwa, mulai saat ini seharusnya kita berfokus pada apa yang Allah suka, apa yang Allah ketahui tentang apa yang akan terjadi. Apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.
Permasalahannya. Kita tidak tahu masa depan dan Allah tahu.
Allah tahu, Allah menyiapkan hadia yang besar di masa yang akan datang, mungkin Allah sedang menyelamafkan kita dari lebih buruk di masa yang akan datang.
Kadang kita lupa, bahwa Allah menyayangi kita bahkan lebih dari orang tua kandung kita sendiri. Tak mungkin Allah menghendaki keburukan untuk kita.
Makanya.
Iman itu harganya mahal.
Karena tidak mudah menjadi ornag beriman
Menerima apa yang ditakdirkan Allah
Menerima apa yang direncanakan Allah
Menerima apapun kehendaknya..
Kadang kita lupa
Kita hanya dititipi.
Tidak ada yang benar-benar menjadi milik kita. Semuanya milik Allah bukan?
Anak adalah titipan
Istri adalah titipan
Suami adalah titipan
Harta adalah titipan
Terserah Allah mau mengambilnya kapan.
Tapi di sisi lain,
Bukankah rasa sedih itu sunnatullah? Bahkan pernah disebutkan di Shirah Nabawiyah tentang tahun kesedihan nabiullah Muhammad s.a.w
Bukankah Rasulullah juga merasakan pedih yang amat, ketika ditinggalkan Khadijah dan pamannya Abi Thalib?
Bukankah Fathimah merasakan sedih yang mendalam ketika ditinggalkan ayahnya?
Bukankah itu manusiawi?
Kadang kita tidak bisa mengukur mana batas kesedihan kita. Batas orang lain dan kita mungkin berbeda, dan tidak bisa kita paksakan.
Ah...
Semoga Allah menjadikan kita orang2 yang beriman... dan senantiasa sadar... siapa diri kita... akan kemana kita...
Comments
Post a Comment