“So which of the favors of your Lord would you deny?” – (Noble Qur'an - Surat Ar-Rahman 55:19-21)

Harapan dan Janji

Bismillahirrahmaanirrahim

30 April 2014.

Saya kembali. Kembali menulis. Menuliskan apa yang ada dipikiran saya.
Hari minggu 27 april 2014 kemarin, saya mendapatkan suntikan semangat setelah mengikuti seminar tentang menulis bersama bunda Asma Nadia. Menulis salah satu passion terbesar saya. Saya bukan tipe orang yang akan bercerita banyak kepada orang lain. Hanya dengan menulis saya bisa menuangkan apapun. Ya saat ini tulisan saya mungkin belum bisa dikategorikan baik. Tapi menulis membuat beban di hati saya setidaknya berkurang, sedikit. Beberapa tahun lalu selulus SD saya sempat mengirim surat kepada sahabat saya yang berbeda sekolah saat SMP. Saat itu saya berharap saya akan mendapat jawaban, tapi ternyata tidak. Tulisan saya waktu itu mungkin hanya menjadi seonggok kertas tak berharga dan dibuang. Setelah itu saya berhenti menulis. Baru saat saya SMA kelas 2 saya mulai menulis fiksi-fiksi picisan, saya meminta teman saya untuk mereview tulisan saya. Dia bilang “garing!”. Apa yang terjadi selanjutnya? Hah. Saya berhenti menulis lagi. Saya tidak punya mental cukup bagus, saya menyerah. Menyerah hanya dengan kata “garing!”.



Setelah seminar itu saya membeli buku “NO EXCUSE!” milik Isa Alamsyah –catatatn: saya belum selesai membaca buku itu!- banyak cerita tentan orang sukses yang berawal dari nol bahkan min satu (-1). Singkat cerita saya mulai merangkai semangat-semangat saya yang tercecer entah di mana. Saya mulai menulis lagi. Kali ini bukan tulisan sembarangan yang berisi curhatan tidak penting. Ini tentang harapan dan janji.
Harapan
“Setiap orang punya setidaknya harapan untuk menjadi orang besar!”

Saya akan ceritakan sedikit tentang kondisi saya saat ini. Semester 6 Biologi. Mungkin bagi keseluruhan mahasiswa, semester 6 adalah masa-masa tersulit selama kuliah. Kami menyebutnya Die Hard. Kuliah dari senin sampai sabtu. Bahkan saya belum sempat pulang ke rumah terhitung semenjak saya menginjakkan kaki saya di bogor awal februari lalu. Nilai uts semester 6 saya, saya berani bilang hancur. Kurang mengerikan apa? Saya seharusnya malu menuliskan kata hancur atas nilai-nilai saya. Tidak mengapa, saya masih punya harapan masih ada UAS. Selama awal uts saya berdoa agar semester ini IP saya tidak turun hanya itu. Saya masih punya harapan. Saya sudah katakan!. Apa yang harus saya lakukan? Apakah melakukan kesalahan yang sama seperti sesi uts? Membuat kecewa kedua orang tua? Membuat kecewa kakak dan adik tersayang? Menambah beban orang tua yang sudah berdoa siang malam berharap anaknya sukses? Sedangkan anaknya di sini hanya bermain-main dan tidak bekerja keras?
Lakukan saja! Dasar anak tidak berbakti!!! Anak tidak tahu diri!

Janji
“Janji? Ketika kamu berjanji kamu harus menepati, ketika kamu berjanji kepada diri sendiri pada hakikatnya kamu berjanji kepada tuhan. Tuhan akan memenuhi semua janjinya maka tepatilah janjimu kepada tuhan!”

Kapasitas? Berbicara tentang kapasitas, tuhan menciptakan manusia dengan kapasitas yang sama. Otak dengan besar yang sama. Bedanya hanya bagaimana cara optimalisasinya. Saya punya ukuran otak yang sama dengan teman saya yang memiliki IP 4. Apa artinya? Artinya saya juga punya harapan dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan IP 4. Apa janji saya untuk bisa memperbaiki kesalahan saya di sesi uts? Baiklah saat ini saya sedang gemar terhadap Winner anda tidak perlu tahu siapa mereka. Mereka saat ini belum resmi debut . saya berencana membeli album mereka ketika mereka debut ¬–saya tidak peduli pendapat anda tentang hal ini, anda bisa saja menyebut saya freak, berlebihan, saya tidak peduli- dan uangnya sudah terkumpul. Dengan tegas saya katakan saya tidak akan membeli album mereka atau apapun yang berbau tentang mereka kalau IP saya semester ini turun. NO EXCUSE! Anda bisa bilang ini hal mudah, tidak bagi saya. Masih ada harapan, saya hanya perlu berjuang lebih keras. Toh hasil yang bagus bukan hanya untuk saya tapi juga untuk orang-orang yang sudah mendoakan saya. tersisa 4 minggu kalau ditotal. Masih ada kesempatan memperbaiki.
Cara saya mungkin bukan cara baik. Ini hanya untuk memotivasi diri sendiri. Tentu saja, kalau belajar saya niatkan untuk mencari ridha Allah. Karena Allah saya belajar. Untuk Allah saya belajar. Hati saya rasanya sudah menjadi batu, otak saya sudah tidak berfungsi. Saya tidak bisa memutar waktu. Lakukan yang terbaik untuk hasil yang terbaik dan NO EXCUSE.  Jika orang menyebutkan tidak ada harga mati, bagi saya kerja keras adalah harga mati untuk mendapatkan kesuksesan.
Tulisan ini akan menjadi saksi. Saksi bisu perjalanan saya. Setelah uas berakhir dan nilai bermunculan, saya akan menulis hasil yang saya dapat. Ini janji, dan No Excuse!

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang, lahaulawalaa quwwata ila billahil ‘aliyyil adziim..

Comments

Popular Posts